Friday 26 June 2009

ANALISIS KUANTITATIF DAN KUALITATIF DALAM PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN UKURAN TUBUH (VITAL STATISTIK) SAPI PO DENGAN ONGOLE

BAB I
PENDAHULUAN

Berdasarkan ukurannya ternak dibagi menjadi dua, yaitu ternak besar dan ternak kecil. Ternak besar terdiri dari sapi dan kerbau. Sedangkan ternak kecil terdiri dari unggas, domba, kambing dan babi. Untuk jenis ternak kecil dalam mengukur berat badan dapat langsung di timbang karena lebih mudah dibanding dengan ternak besar. Tapi untuk mengukur berat badan ternak besar selain dengan cara ditimbang juga dapat diperkirakan dengan cara mengukur panjang badan, lingkar dada, tinggi gumba, lebar kemudi, dalam dada. Setelah mengetahui ukurannya baru menghitung bobot ternak secara sistematis. Akan tetapi pengukuran-pengukuran tersebut tidak akan sepenuhnya tepat dalam menduga bobot suatu ternak. Karena pendugaan bobot tersebut akan dapat tepat apabila ternak dalam suatu keadaan tertentu dan kondisi tertentu pula.
Menurut Agus (1990), karakteristik sapi ongole antara lain berpunuk besar, kulit longgar dengan banyak lipatan di bawah leher dan perut, telinga panjang serta menggantung, temperamen tenang dengan mata besar, tanduk pendek dan hampir tak terlihat, tanduk sapi betina lebih panjang daripada sapi jantan.
Menurut Santoso (2001), Pengukuran ukuran tubuh ternak dapat dipergunakan untuk menduga bobot badan seekor ternak sapi dan seringkali dipakai sebagai parameter teknis penentuan sapi bibit. Ukuran tubuh yang digunakan untuk menduga bobot tubuh biasanya panjang badan dan lingkar dada. Lingkar dada diukur dengan pita meter melingkar dada sapi tepat dibelakang siku. Panjang badan diukur secara lurus dengan tongkat ukur dari siku (humerus) sampai benjolan tulang lapis (Tuber Ischii). Tinggi pundak diukur lurus dengan tongkat ukur dari titik tertinggi pundak sampai tanah.
Mengetahui ukuran tubuh ternak termasuk hal yang penting, karena dengan mengetahui ukuran-ukuran vital tubuh ternak kita dapat mengetahui apakah ternak tersebut bentuk tubuhnya normal atau tidak. Selain itu dengan mengetahui ukuran vital tubuh ternak, juga akan bermanfaat apabila kita akan membeli ternak. Sehingga ukuran vital tubuh ternak tadi dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memilih ternak yang bentuk tubuhnya proporsional.
Menurut Soenarjo (1988), perkembangan (Development) yaitu adanya kerja sama dari proses tadi (sejak lahir hingga dewasa) sehingga ukuran-ukuran badan menunjukkan perubahan-perubahan bentuk sampai hewan tersebut dewasa. Korelasi (hubungan) yang dekat antara pertumbuhan dan perkembangan atau dengan kata lain ada korelasi antara berat badan dengan ukuran-ukuran badan. Misal lingkaran dada (chest girth) pada hewan yang sedang tumbuh. Dapat dikatakan bahwa setiap lingkar dada bertambah 1% berat badan tambah lebih kurang 3%.



BAB II
ISI

A. Waktu dan Tempat Pengukuran
Waktu dan tempat pengukuran dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Mei 2009 pukul 16.00-17.00 WIB, bertempat di TPA Putri Cempo. Pengamatan dilakukan pada sapi Peranakan Ongole yang mempunyai kisaran umur antara 5-6 tahun. Perkiraan ini didapat dari keterangan langsung dari pemilik hewan ternak tersebut, dengan cara bertanya secara langsung kepada pemilik sapi PO tersebut.

B. Tata Laksana Pengukuran
Mengukur bagian vital ternak dengan menggunakan pita meter kain dan tongkat ukur. Bagian vital tersebut antara lain :
1). Panjang badan, diukur dengan cara menarik garis horisontal dari tepi depan sendi bahu sampai tepi bungkul tulang duduk.
2). Tinggi gumba diukur dari bagian tertinggi bagian gumba ke tanah sesuai dengan garis lurus.
3). Tinggi Kemudi, diukur dari titik tertinggi tulang kemudi sampai ke tanah sesuai garis lurus.
4). Lingkar dada diukur mengikuti lingkaran dada / tubuh tepat di belakang bahu melewati gumba.
5). Lebar dada, diukur dengan menarik garis horisontal antara tepi luar sendi bahu kanan dan kiri kaki depan.
6). Lebar kemudi, diukur dengan menarik garis horisontal dari tepi luar sendi paha kaki kanan dan kiri kaki belakang.





C. Hasil Pengukuran
Tabel Perbandingan Ukuran Tubuh Sapi
Pengukuran Sapi Ongole betina Sapi PO betina 1 Sapi PO betina 2
Panjang Badan
Tinggi Gumba 122 cm
112 cm 143 cm
111 cm 167 cm
131 cm
Tinggi Kemudi 124 cm 122 cm 141 cm
Lingkar Dada 151 cm 133 cm 157 cm
Lebar Dada 44 cm 41 cm 55 cm
Lebar Kemudi 39 cm 35 cm 38 cm
Dalam Dada 60 cm 58 cm 63 cm
Umur 4-5 tahun*) 5 tahun 5-6 tahun
*) Agus 1990

Perkiraan Berat Badan
 Rumus penentuan berat badan menurut Lambouine :
• Sapi Ongole
W = panjang badan x (lingkar dada)2
10840
= 122 x (151)2
10840
= 256,62 kg
• Sapi PO 1
W = panjang badan x (lingkar dada)2
10840
= 143 x (133)2
10840
= 233,35 kg
• Sapi PO 2
W = panjang badan x (lingkar dada)2
10840
= 167 x (157)2
10840
= 379,74 kg

 Rumus penentuan berat badan menurut Schoor :
• Sapi Ongole
W = (G + 22)2
100
=(151+22)2
100
=299,29 kg
• Sapi PO 1
W = (G + 22)2
100
=(133+22)2
100
=240,25 kg
• Sapi PO 2
W = (G + 22)2
100
=(157+22)2
100
=320,41 kg

Dalam pengukuran vital statistik, tidak semua bagian tubuh diukur tetapi hanya bagian tertentu saja seperti panjang badan, tinggi gumba, tinggi kemudi, lingkar dada, lebar dada, lebar kemudi dan dalam dada.
Dari hasil pengukuran diperoleh data sebagai berikut, pada sapi Ongole diperoleh hasil panjang badan 122 cm, tinggi gumba 112 cm, tinggi kemudi 124 cm, lingkar dada 151 cm, lebar dada 44 cm, lebar kemudi 39 cm, dalam dada 60 cm.. Dari hasil perkiraan berat badan diperoleh berat badan sapi Ongole menurut Lambouine adalah 256,62 kg; sedangkan menurut Schoor adalah 299,29 kg. Pada sapi PO 1 diperoleh hasil panjang badan 143 cm, tinggi gumba 111 cm, tinggi kemudi 122 cm, lingkar dada 133 cm, lebar dada 41 cm, lebar kemudi 35 cm, dalam dada 58 cm.. Dari hasil perkiraan berat badan diperoleh berat badan sapi PO 1 menurut Lambouine adalah 233,35 kg; sedangkan menurut Schoor adalah 240,25 kg. Sedangkan pada sapi PO 2 diperoleh hasil panjang badan 167 cm, tinggi gumba 131 cm, tinggi kemudi 141 cm, lingkar dada 157 cm, lebar dada 55 cm, lebar kemudi 38 cm, dalam dada 63 cm. Dari hasil perkiraan berat badan diperoleh berat badan sapi PO 2 menurut Lambouine adalah 379,74 kg; sedangkan menurut Schoor adalah 320,41 kg. Pada sapi Ongole menurut Anonimous (2009), berat badannya sekitar 300-400 kg untuk sapi betina. Berat lahir 20-25 kg. persentase karkas 45-58% dengan perbandingan daging tulang 3,23 : 1. Sedangkan pada sapi Peranakan Ongole biasanya berat badan tidak lebih dari 250 kg. Dari hasil pengukuran mengunakan 2 rumus tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengukuran menggunakan rumus “Lambouine” lebih mendekati kebenaran daripada menggunakan rumus pengukuran berat badan “Schoor”. Akan tetapi pada pengukuran sapi PO 2 pada rumus Lambouine, hasil berat badan yang diperoleh lebih dari berat rata-rata sapi Peranakan Ongole pada biasanya. Terjadinya perbedaan kedua rumus tersebut dikarenakan standarisasi pengukuran tiap-tiap wilayah (negara) sangat berbeda-beda satu dengan yang lainya, serta di Indonesia biasanya hasil perhitungan berat badan dengan rumus Lambouine lebih mendekati ke sapi. Sedangkan pada hasil perhitungan berat badan dengan rumus Schoor lebih mendekati ke domba dan kambing.






BAB III
KESIMPULAN

Dari hasil pengukuran dapat diambil kesimpulan bahwa :
a. Rumus perhitungan berat badan menurut Lambouine adalah
W = panjang badan x (lingkar dada)2
10840
Rumus perhitungan berat badan menurut Schoor adalah :
W = (G + 22)2
100
b. Berat sapi Ongole dari hasil berat badan berdasarkan rumus Lambouine adalah 256,62 kg; dan PO 1 adalah 233,35 kg serta pada sapi PO 2 adalah 379,74 kg.
c. Berat sapi Ongole dari hasil berat badan berdasarkan rumus Schoor adalah 299,29 kg; dan PO 1 adalah 240,25 kg serta pada sapi PO 2 adalah 320,41 kg.
d. Rumus “Lambouine” lebih mendekati kebenaran daripada menggunakan rumus pengukuran berat badan “Schoor”. Hal ini terjadi disebabkan karena standarisasi pengukuran tiap-tiap wilayah sangat berbeda satu sama lainya; serta biasanya di Indonesia, hasil perhitungan berat badan dengan rumus Lambouine lebih mendekati ke sapi. Sedangkan pada hasil perhitungan berat badan dengan rumus Schoor lebih mendekati ke domba dan kambing.

4 comments:

  1. apa benar mas! rumus Lambourne lebih valid??? saya mau gunakan rumus itu untuk skripsi aja lah!!

    ReplyDelete
  2. kenapa tidak pake MORFOMETRIK sa...?

    ReplyDelete
  3. untuk menguji kebenaran suatu rumus pendugaan sebaiknya dilakukan juga penimbangan bobot sapi. Langkah selanjutnya, dilakukan pendugaan bobot badan ternak dengan menggunakan rumus2 tadi. Hasil pendugaan dg rumus dibandingkan dengan hasil penimbangan BB, berapa kg penyimpangannya dari masing2 rumus. Penyimpangan yg terkecil dari suatu rumus berarti rumus tadi yang dipakai utk menduga BB sapi. Trims. Tapi skripsi tadi sudah baik kok.

    ReplyDelete